Jauh sebelum medekati hari H, 72 thn hari proklamasi kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Kawan saya yang ganteng dan
baik hati Yason Ngelia, degan tulus telah lebih dulu mengucapkan selamat
menyongsong 72 tahun hari kemerdean RI, melalui akun Facebook miliknya.
kawan saya yang ganteng ini, di dalam skolom komentar Status FB-nya,
dia menuntut agar saya juga tidak lupa untuk memberikan ucapan selamat
saat hari hati HUT RI yang 72, kemarin. "we kamu jangan kutip buku-buku Tan
malaka lagi. Apalagi jual belikan akan sebagai bacaan Kalau ujung2 tidak
ucapkan selamat.."
Tentunya sudah menjadi keharusan bagi saya
sebagai bentuk hormat saya kepada satu Tokoh Revolusi Indonesia "Tan
Malaka" yang akrab saya kenal, melalui karya-karya terbaik sepanjang
sejarah hidupnya dalam perjuangan menentang kolonialisme dan
imerialisme, yah, tentunya dengan karya-karyanya telah merubah cara
berpikir dan bertindak dalam memanifestasikan Perjuangan pembebasan
Nasional papua barat.
Dan juga tangunggjawab moral saya kepada
kawan-kawan Indonesia, terutama buat kawan-kawan Front Rakyat Indonesia
untuk West Papua (FRI-WP) yang saat ini sama-sama memperjuangkan
pembebasan sejati rakyat Bahwa Papua Barat.
Dari berbagai
catatan sejarah perjuangan indonesia, pejuang intelektual seperti Tan
Malaka, Njoto, D.N. aidit, Semaon, Soekarno-Hatta sbagai pendiri bangsa
Indonesia, tentu kita akan tau bagimanana cita-cita mereka untuk
membebaskan rakyat dan bagsa Indonesia dari cengkraman kolonialisme
Belanda dan Negara imperialis dunia, dan membangun bagsa yang
benar-benar merdeka dari penjajahan manusia terhadap manusia lainya.
Namun sayang, cita-cita itu hilang ditelan waktu ketika konspirasi
politik imperialisme As melalui CIA yang di sokong kuat oleh CFF,
berhasil menyusup dalam tubuh para petinggi Jenderal-jendral Angkatan
Darat, yang kemudian mendorong Soeharto berdiri kokoh di tampuk
kekuasaan, sebagai Diktator–Militer.
Walaupun reformasi 1998
telah berhasil menyingkirkan Soeharto dari atas tampuk kekuasaanya
sebagai rezim diktator militer anti–demokrasi, hari ini rakyat indonesia
masih diperhadapkan dengan berbagai macam penindasan oleh militer itu
sendiri, juga propaganda anti-komunisme yang masih terus di gunakan oleh
sisa-sisa orde baru guna melegitimasi kekerasan fisik dan non fisik.
Terlepas dari tumbangnya rezim militer, papua barat hingga saat ini
tatap menjadi sarang militer yang paling kuat. Watak militer yang
arogansi, represif dan reaksioner tak pernah sunyi dihadapan rakyat
papua barat.
Ditegah hiruk-pikuk persiapan peringatan 72 tahun
hari proklamasih kemerdekaan RI. Tepatnya 15 agustus kita di perlihatkan
degan ledakan paling gila, peghadangan liar, pembubaran paksa oleh
ormas milisi reaksionar, kelompok fundamentalis agama Anti–Demokrasi
dan juga disertai penangkapan massa aksi secara brutal di Malang,
Semarang, jogja, Bandung dan Jakarta saat Aksi damai 15 agustus dalam
rangka memperingati hari "New York agreement".
Tindakan
membabi-buta aparatur Negara dalam menangani jalannya aksi yang
dibungkus juga degan ormas reaksioner, kelompok fundamentalis agama
(anti-demokrasi) sebagai garda terdepanya, tentu paling buruk dalam
sejarah perjuangan mahasiswa papua di Jawa–Bali setelah tumbagnya rezim
otoriter Soharto 1998.
Hal ini tentunya mencerminkan bahwa
sia-sia orde baru telah berhasil berkuasa kembali dan mengamankan
kepentingannya degan berbagai macam cara. Sekarang apa ucapan yang
paling tepat buat bangsa Indonesia yang baru saja merayakan 72 Tahun
hari proklamasih kemerdekaan?
Arti kemerdekaan sejati bagi
rakyat dalam satu bangsa tentu nya; tidak ada kemiskinan karena lapar,
tidak ada penganguran karena kurangnya lahan kerja, tidak ada kematian
karena sasakit-penyakit dan lain-lain. singkat kata terhapusnya
penindasan–pegisapan oleh manusia terhadap manusia lainnya "MERDEKA";
demokratis, sejahtera, adil, solidaritas.
Selama rakyat
Indonesia belum merasakan arti kemerdekaan sejati, sebuah perayaan hanya
eforia belaka bagi elit politik–Borjuasi besar serta sisa-sisa orde
baru yang saat ini sedang berjaya.
Tak bisa dipungkiri bahwa apa
yang telah dikatakan oleh Mba Jenggot, Karl Marx; sejarah masyarakat
yang ada hingga saat ini adalah sejarah perjuangan klas. Sehingga untuk
memudahkan kita agar terlepas dari cengkraman Imperialisme yang didukung
kuat oleh borjuasi nasional dan sisa-sisa orde baru dibawah kekuatan
militer dengan mepetahankan kolonialisme, maka perjuangan Pembebasan
Nasional Papua Barat merupakan salah satu syarat bagi pembebasan umat
manusia di atas muka bumi.
Terus Berjuang untuk MERDEKA... !!!
sumber FB JE
Penulis Ketua AMP Pusat.Comrade Jefrry Wenda
MASIH DIBULAN AGUSTUS_TERBURUH HANGUS

Tidak ada komentar: