![]() |
Goo Koteka |
Dalam perspektif
tersebut dapat dirumuskan secara singkat, bahwa Indonesia meningkatkan kegiatan
politiknya untuk merebut Tanah Papua dari belanda, sebaliknya belanda mempersiapkan
Papua menjadi Negara Merdeka. Dampak langsung dari kegiatan politik kedua pihak
adalah Orang Asli Papua menjadi korban. Orang Asli Papua
menjadi korban karena aktor utama politik yang berkembang dimainkan oleh
belanda dan Indonesia.
Sejak tahun 1960 sampai pada masa sekarang, sesuatu yang dianggap bermasalah adalah belanda lebih dahulu berhasil
mempersiapkan kemerdekaan dan berhasil mengumandangkan kemerekaan papua barat pada
tanggal 01 desember 1961 di Hollandia, tempatnya dijalan irian, di halaman gedung
yang disebut Nieuw Guinea Raad.
Sebaliknya, Negara Indonesia melakukan perpanjangan panjang keamerika dan uni
soviet sehingga terlambat masuk ketanah papua barat hanya bias dengan pengunaan
kekuatan dan invasi militer penuh sejak tanggal 19 desember 1961 melalui maklumat
Tri komando Rakyat (TRIKORA) yang di komandangkan di jogyakarta untuk mengagalkan
kemerdekaan papua barat.
Selanjutnya, dalam dua tahun saja, yaitu 1962 dan 1963
terjadi proses-proses politik yang bertujuan menganeksasi kemerdekaan papua barat
melalui lobi-lobi poitik tingkat tinggi antara amerika serikat,belanda, dan
Indonesia. Proses politik yang di masudkan itu adalahTriora,Bunker proposal,
perjanjian New York Agreement, Roma Agreement (perjanjian ini diragukan keberadaanya),
dan akhirnya Act of free choice.
Intervensi dan maneuver politik Indonesia terhadap orang
asli papua sebagai objeknya selalu di posisikan sebagai korban yang pasif dalam
berbagai urusan yang dipadang penting, bahkan Indonesia melancarkan berbagai
teror,intimidasi, penangkapan,kekerasaan, penbunuhan dan berbagai manipulasi social politiknya.
Oleh karena
alasan sejarah politik tersebut diatas, timbul memoria passionis yang kuat
dalam benak orang asli papua begitu biadab dan sangat tidak manusiawi, ditambah
lagi belum pernah dilaksanankan rekonsiliasi dan penungkapan kebenaran terhadap
semua pelangaran hak asasi manusia di tanah papua.
Walaupun kondisinya demikian berat karena tekanan berbagai kekuatan
yang di bangun Indonesia terhadap orang asli papua, namun Roh Kemerdekaan papua
barat tanggal 1 Desember 1961 selalu membakar orang asli papua untuk berjuang melepaskan
diri dari ikatan belenggu kekuatan republic Indonesia. Akhir-akhir ini Roh kemerdekaan
itu sudah menjadi ideologi yang sangat tidak mungkin untuk dihapus oleh berbagai
aliran lembar-lembar uang rupiah. Orang asli papua berkeinginan mutlak untuk bebas
secara politik dan hokum dari republik Indonesia menjadi republic papua barat.
Yamee owa Asrama
Paniai,Jogyakarta 4 september 2014
OlehYesaya Koteka
Goo
Tidak ada komentar: